Salute Buat Pemain Bola Sepak Iraq

Di atas padang yang tak lagi basah
oleh darah dan yang berlopakkan
sengsara dihentam peluru roket;
di bawah bumbung langit yang
tak lagi bersimpang-siur dengan
bilah-bilah derita yang mencarik-
carikkan tubuh manusia yang
sedang tunduk mencari teduh
sebelum ia meracik-racikkan bumbung;
kalian menggelecek bola persis
rakyat kalian yang menggelecek
hujanan peluru yang runtuh dari langit;
kalian meluru ke gawang ibarat
ia satu-satunya tempat paling selamat
untuk kalian simpan nyawa tak ternilai itu;
kalian julang piala itu ke langit
yang dibedil dengan jarum api
yang tak mencari korban manusia
ironi dengan jarum api di langit
negara kalian yang turun ke bumi
menikam-nikam batu, kayu dan manusia.

Di padang tak lagi basah
oleh darah tapi dengan keringat
di langit tak lagi pecah
oleh peluru tapi hanya bola
kalian cuba mengubat luka
dengan kemenangan itu
meski ia belum dapat menyembuh
derita yang disentuh peperangan.

Di padang yang basah
hanya dengan keringat
yang di langitnya
hanya teriak dan pekik
darah dan ras kalian
sudah dihenyak
oleh kasut
kalian disatu lewat
jersi seputih
awan sebelum perang.

Di padang dan langit
keringat dan bola
kalian bisa jadi
pejuang tak memakai
jubah mazhab dan ras.

Pulanglah, arakkan piala itu
dan isikannya dengan persaudaraan
seperti kalian mempersatukan
diri lewat jersi dan bola.

Kuala Lumpur, 7-29 Julai

Takziah I: Pulau-pulau di Britain

Sepotong takziah
tersangkut
di peti pos
terbenam separuh
menggigil
di dasar Britain.

Sepotong takziah
hanyut
di jalan dan lorong
terbenam separuh
kota kecil
pulau-pulau terpencil.

Sepotong takziahku
terhanyut
dengan sisa manusia
dan kimiawi.

Tak terbaca
warga Britain
surat dari langit
bumi tak sempat
mengirimnya kembali.

Mereka hanya
dikirimi hujan
bukan peluru
digenangi air
bukan darah.

Tak terbaca
warga Britain
langit hanya
meruntuhkan hujan
bukannya perang.

Anjung Liku
25 Julai 2007