Nisan Tanpa Tanda

Langit luka Baghdad
hujan darah umat
bumi jadi kuburan
nisan tanpa tanda
Sunni dan Syiei.

Kuala Lumpur, 28 Februari

Kuntum Yang Rontok Di Kaki

Kuntum-kuntum demokrasi
rontok di kaki,
tanamkan reja-reja itu
dengan sebutir peluru,
di sisi mendiang
Farly Alcantara.

Dalam keranda
ia tumbuh kembali
akarnya membalut
tubuh dan peluru
menembusi
kayu dan bumi
menumbuhkan demokrasi
kembali.

Kuala Lumpur, 22 Februari

Isteri I

Isteri adalah hujan
bisiknya rintik menenangkan
desahnya lebat mengghairahkan.

Selepas dia reda berbisik
ada pelangi di wajahnya.

Desah yang merontok-rontok
bikin kita terpulas kedinginan
dan kita tak mau ia berhenti.

Kuala Lumpur, 21 Februari

Protes III

Sepucuk protes
tersangkut
di pagar kuasa
White House.

Peti pos surat
sudah tersumbat
tak lagi dikutip
suara umat
dan suara rakyat
yang tak lagi upaya
membeli setem demokrasi.

Sepucuk protes
tersangkut
kerana di sini
setem demokrasi
tak lagi diulang cetak.

Kuala Lumpur, 16 Februari

Luka Shorja Jadi Sifir Baghdad

Langit Shorja tengik
dihentam asap hitam
api gedung tinggi
menjilat lewat tingkap.

Api jadi jari runcing
asap memarap-marap
ada lebam di dada alam.

Shorja luka lagi
di tengah Baghdad
ia menggeletak.

Manusia?

Manusia jadi sifir
di kalkulasi perang
jawapan ada
dalam plastik hitam
sila serahkan
kertas kira-kira
ke rumah mayat.

Shorja
bagaimana luka
boleh jadi kira-kira
di tengah rewel Baghdad!

Kuala Lumpur, 13 Februari

Pertanyaan Buat Kamu Di Iraq

Selaras rifel
tersandar di bucu
sepasang sepatu
liar di tangga batu
jubah taksub
terdampar lusuh
pintunya kau ketuk
dengan doa tawaduk
di aspalnya kau tunduk
dahimu merunduk
sehina kakimu yang busuk
di akhir solatmu yang khusyuk
kau pohon kejayaan esok.

Lalu mengapa masih
menyandang rifel
mengena sepatu
memakai jubah itu
dan menyembelih
saudara-maramu.

Kuala Lumpur, 12 Februari

Gantungkan Rifelmu

Gantungkan rifelmu
di pintu masjid
lontarkan kelongsong peluru
ke dasar kotak berkarat hitam
sebagai ganti dinar
dan nyawa yang kau tebuk
tanggalkan jubah taksubmu
tinggalkan sepatu takburmu
di anak tangga paling bawah.

Di sini serban hitammu
tak lebih nilainya
dari sepatu saudaramu
dan kebenaran Sunnahmu
tak pernah mengizinkan
kamu menyembelih saudaramu.

Di pintu masjid ini
kamu ketuk dengan doa
pada aspalnya
dahimu sama rendah
dengan tapak kaki saudaramu.

Di masjid ini
darah kalian tak pernah halal
untuk diceroboh
maka bagaimanakah kamu
tega menumpahkannya
di luar rumah suci?

Kuala Lumpur, 12 Februari